SURAT GEMBALA
Minggu, 07 MARET 2021
TANTANGAN PENGORBANAN ORANG KRISTEN MASA KINI
TANTANGAN TEOLOGI
Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan MENJADI HAMBA UANG. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama.
II Timotius 3 : 1-2.
Kemajuan teknologi dan peradaban dunia berdampak langsung terhadap gaya hidup manusia saat ini. Manusia sangat individualis dan menuntut segala bentuk kemudahan dan cendrung ingin dilayani. Manusia cendrung MENGORBANKAN orang lain untuk kepentingan dirinya dan sedapat mungkin menghindari untuk berkorban. Gereja dan orang Kristen, suka atau tidak suka ada dalam situasi ini. Fenomena ini sedikit banyak mempengaruhi kelakuan dan gaya hidup para pemimpin gereja dan orang-orang Kristen saat ini. Gereja dan orang Kristen cendrung menuntut untuk dilayani daripada melayani. Gereja lebih cendrung menjadi penerima daripada menjadi pemberi. Itulah sebabnya tidak sedikit kehadiran gereja dan orang Kristen justru menjadi BEBAN dan bukan menjadi BERKAT, baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat.
Hal itu tentulah tidak sejalan dengan tujuan kehadiran Gereja dan Orang Kristen di dunia ini. Sejak panggilan Araham, Allah memanggil dan menetapkan Abraham untuk MENJADI BERKAT, bukan menjadi beban. (Kejadian 12 : 2). Yesus mengajarkan adalah LEBIH BERBAHAGIA MEMBERI daripada MENERIMA (Kisah Para Rasul 20 : 58). Yesus sendiri mengajarkan dan memberikan teladan untuk MELAYANI dan berkorban bahkan MEMBERIKAN NYAWA-NYA menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10 : 45).
Semua Pemimpin gereja dan orang Kristen tentu pernah membaca dan mendengarkan Firman Tuhan ini. Akan tetapi sekiranya kita memperhatikan dengan baik, sesungguhnya tidak banyak gereja dan orang Kristen yang memiliki KUASA untuk memberi dan berkorban. Tidak jarang gereja justru menjadi beban bagi Pemerintah, Perusahaan suasta, atau priadi-pribadi yang memiliki modal. Hal ini dapat “MENJERUMUSKAN” gereja menjadi HAMBA yang bekerja untuk Partai Politik, Penguasa dan Pemodal, dan bukan lagi bekerja bagi Tuhan.
Seharusnya setiap Pemimpin Gereja dan orang Kristen yang percaya kepada Kristus meneladani dan mengikuti pengajaran Kristus. Kita memiliki ROH MELAYANI DAN BERKORBAN. Tetapi mengapa sampai saat ini masih banyak orang Kristen kehilangan kuasa untuk melayani dan berkorban? Paling tidak ada 3 hal utama yang dapat menjadi penyebabnya, yaitu :
- Orang Kristen belum mengalami dan menyadari besarnya Pengorbanan Kristus. I Petrus 1 : 18-19 : Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan Perak atau Emas, melainkan dengan DARAH YANG MAHAL, yaitu DARAH KRISTUS yang sama seperti anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. — Yesus mengorbankan DARAH dan NYAWA-NYA.
- Orang Kristen tidak memahami RAHASIA BERKAT TUHAN.
Amsal 11 : 24-25 : Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa tetapi selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan.
- Orang Kristen tidak sanggup mempercayai Firman Tuhan dan janji Tuhan.
I Korintus 15 : 58 : Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan JERIH PAYAHMU TIDAK SIA-SIA. Artinya, apapun yang kita berikan dan korbankan untuk Tuhan, tidak akan pernah sia-sia.
Jadikan Pengorbanan Kristus sebagai DASAR dan UKURAN pelayanan dan pengorbanan kita bagi Tuhan. Apakah kita telah BERKORBAN dalam pemberian dan pelayanan kita selama ini? Pastikan kita MENJADI BERKAT bukan MENJADI BEBAN dimanapun kita berada.
Selamat Hari Minggu, selamat beribadah, Tuhan Yesus memberkati…..!!
Oleh : Pdt. Rustam Miling, S.Th
Tantangan berkorban orang Kristen sejak gereja2 awal hingga kini (hampir 2000 tahun) menjadi klasik dan orang2 Kristen hampir TDK bisa mengatasi tantangan itu. Mungkin penyebabnya karena gereja2 cenderung “banyak mengatur”, top-down, kurang menyelidiki apa saja yang menjadi kebutuhan jemaat berkembang. Banyak gereja yg TDK pernah melakukan survey krbutuhan jemaat. Apabila kebutuhan2 ini diketahui maka gereja bs menyusun program dan kegiatannya menjadi lbh baik dan ketika dilaksanakan menjadi lbh terukur dan efektif. Kita tentu saja berharap agar jemaat2 kita menjadi lebih diterangi roh Kudus dan lbh meneladani Yesus. Jemaat2 kita lebih bisa menjelaskan keimanan/keyakinannya kepada kalangan sendiri atau pihak lain. Para pendeta bisa lebih memberikan kotbah dan pembimbingan yang tidak sekedar rutin dan terlalu alkitabiah, tetapi memberikan kotbah/pembimbingan yang menyegarkan, mencerahkan, dan memotivasi hidup/pandangan baru dalam Yesus.