SALING MEMBERI DAN MELAYANI
I KOR 7:3-4
Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Syalom…kata “Memberi dan Melayani” adalah kata-kata yang paradoks dari kenyataan bahwa kecenderungan hati dan kehendak manusia selalu ingin menerima daripada memberi, ingin selalu dilayani daripada memberi. Pribadi yang memiliki keinginan daging yang demikian sangat berhaya kalau memasuki pernikahan tanpa menaklukan pada Salib Kristus. itulah sebabnya sebelum memasuki lembaga pernikahan, lembaga gereja selalu melayani dengan bimbingan konseling pranikah dengan materi dasar kepastian untuk menerima Yesus Tuhan menjadi Tuhan dan juruselamat secara pribadi. Hanya Setiap pasangan yang lahir baru dapat memasuki lembaga pernikahan dengan memberi dan melayani pasangan tanpa ada tuntutan.
Penting mengasihi karena mengasihi adalah Bukti pribadi memiliki Kasih Allah. Yoh 3:16. Memberi adalah kebahagiaan. Kpr 20:35. Melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. II Kor 9:12. Dengan memberi, hubungan seseorang akan lebih rekat. Memberi juga sebagai simbol kita masih mengingat orang tersebut walaupun jaraknya jauh. II Kor 9:13. pribadi yang percaya akan janji dan berkat Tuhan serta melakukan bagiannya tanpa motivasi keuntungan. Amsal 11:24-25. Sedangkan mengapa penting melayani? Karena kita diciptakan agar dapat mengatur hidup kita untuk kemuliaan Tuhan, “Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku” (Yesaya 43:6,7). Jika Allah menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya, maka Dia mempunyai hak utama atas hidup kita. karena Yesus Kristus telah memilih untuk diri-Nya sendiri peran sebagai pelayan, dan Ia memanggil kita untuk menjadi seperti Dia. Pada mulanya kita diciptakan serupa dengan Dia, tetapi dosa telah mencemarkan keserupaan itu. Dalam penyelamatan yang disediakan-Nya Allah membawa kita kembali kepada rencana-Nya yang semula untuk membuat kita menjadi seperti Kristus, termasuk menjadi seperti Dia dalam pelayanan kita(Luk 22:27). karena kekekalan itu sesuatu yang nyata, penting, dan ada untuk selamanya. “Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (2 Petrus 3:10). Dalam segala hal kita harus ingat akan perkara yang kekal. C.S. Lewis: “Semua yang tidak kekal selamanya usang.” Paling tidak ada 2 ciri anggota keluarga yang saling memberi dan melayani menurut I Korintus 7:3-4:
Pertama, Memenuhi kewajiban dalam keluarga(3). Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya(TB). Hendaklah suami menghormati hak-hak istrinya, demikian juga istri hendaknya menghormati hak-hak suaminya(FAYH). Ikatan pernikahan berarti bahwa setiap pihak dalam pasangan itu melepaskan hak khusus atas tubuhnya sendiri dan memberikan hak itu kepada pasangannya. Artinya, tidak seorang pun dalam pasangan pernikahan boleh lalai untuk memenuhi hasrat seksual yang normal dari pasangannya. Hasrat semacam itu dalam pernikahan adalah wajar dan diberikan Allah, sehingga menolak untuk memenuhi kewajiban seorang suami atau istri akan membuka hidup pernikahan itu kepada godaan Iblis dalam perzinahan (1Kor 7:5). Kewajiban dalam keluarga; SUAMI TERHADAP ISTRI: Mengasihi dan jangan berlaku kasar(Kol 3:19). Mengasihi dangan standar Kristus mengasihi jemaat dan standar mengasihi tubuhnya sendiri(Ef 5:25-29). Menghormati sebagai teman pewaris dan supaya doa jangan terhalang(I Pet 3:7). ISTRI TERHADAP SUAMI: Tunduk kepada suami dengan standar seperti tunduk kepada Tuhan(Ef 5:22). ANAK TERHADAP ORANG TUA:Menghormati ayah dan ibu(Kel 20:12, Mat 19:19, Ef 6:2). ORANG TUA TERHADAP ANAK: Mendidik(Ams 22:6), mengajar berulang-ulang dan menjadi teladan(Ul 6:7-9).
Kedua, Bertanggungjawab terhadap Kekudusan hidup keluarga(4). Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Saling berkuasa atas tubuh(bukan hanya berbicara tentang seks, tetapi juga kesehatan, keamanan, kepercayaan dan ketenangan batin) pasangan. Tidak ada tempat bagi pihak ketiga untuk berkuasa atas tubuh pasangan. Dengan kata lain menjaga Kekudusan tempat tidur keluarga. Paling tidak ada 4 tanggungjawab terhadap kekudusan hidup keluarga: Sikap Mawas diri(Ibr 13:4). Jika sebelumnya ide sejati tentang pernikahan – sepasang suami istri yang diberkati, akan menyatu menjadi satu tubuh (Kej 2:24) – dipakai melukiskan secara terbalik hubungan penyatuan tubuh/daging antara orang yang melakukan percabulan, kini ide yang sama dipakai untuk menegaskan tentang adanya tanggungjawab dan kepemilikan tubuh serta korelasinya dengan pasangan. “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.”(7:4). Ada unsur saling menjaga di sini. Unsur menghormati kekudusan diri terhadap pasangan juga terdapat di dalam. Merupakan bentuk penghormatan pasangan terhadap pasangan, pun terhadap lembaga pernikahan yang sejatinya adalah ide dan rancangan Allah sendiri. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur”(Ibr 13:4). TIDAK SALING MENJAUHI(7:5) Sikap hormat dan tanggungjawab terhadap tubuh dan diri pasangan juga mewujud dalam laku tidak saling menjauhi/ saling mengerti dan berhasrat bersama memenuhi. Bukan “melarikan diri”, lalai atau abai dan secara sengaja menjauhkan diri tanpa ada alasan yang jelas. Jika “menjauhi” itu dilakukan karena kesepakatan, tidaklah mengapa, masih dapat diterima. Apalagi kesepakatan itu dibuat untuk suatu tujuan tertentu, tujuan penting nan mulia, yaitu mengabil sikap teduh untuk berdoa (7:5). Namun demikian Paulus menyarankan, agar durasi menjauhnya tidak terlampau lama, karena ada awasan realistis yang Paulus tunjukkan, yakni: “supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.” TANAMKAN PRINSIP BAHWA TUBUH ADALAH BAIT ALLAH(I Kor 6:19) Sesungguhnya diri/tubuh ini adalah “bait Roh Kudus”, Roh yang berdiam di dalam bait itu berasal dari Allah. Dengan demikian: “kamu bukan milik kamu sendiri”, sebab bait Roh Kudus, yaitu diri itu “telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar”. Hanya satu respons yang harus dan wajib dilakukan terhadap tubuh. Yakni memakai tubuh untuk memulian Tuhan. “Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”(6:20). MENGUDUSKAN KELUARGA DALAM MEZBAH DOA KELUARGA (Ayub 1:4-5).