PRIA SEBAGAI PENENTU BERKAT DALAM KELUARGA

PRIA SEBAGAI PENENTU BERKAT DALAM KELUARGA

Kejadian 2:21-23 Mazmur 37:20-26

 

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur   nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging Dan dari rusuk  yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku . Ia akan dinamai  perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki

“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah     kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;   tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak     cucunya menjadi berkat .”

                Shalom, Pria adalah penentu berkat dalam keluarga. Mengapa demikian?karena Pria adalah Sumber. Nast diatas mengungkapkan bahwa “…perempuan diambil dari laki-laki”. Kehidupan sang sumber sangat menentukan kelangsungan hidup keluarganya baik dalam dunia maupun dalam kekekalan. Tidak ada pilihan lain; apakah pria mau menjadi berkat atau kutuk, menjadi pembawa shalom atau kekacauan, pembawa kehidupan atau kematian. Semuanya itu sangat ditentukan dengan cara hidup Pria didunia yang sementara ini. Bagaimana kita tahu kehidupan pria yang membawa berkat dalam keluarganya menurut Maz 37:20-26:

                Pertama: Pria yang memiliki kehidupan yang benar “….tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan..” (Mazmur 37:20). Orang benar tidak didefinisikan sebagai orang yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan. Orang benar adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan dibenarkan oleh kuasa darah-Nya, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”  (1 Petrus 18:19). Dalam menjalankan kehidupannya “orang benar” takut akan Tuhan “Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.” ( Mazmur 112:1 ). Kepala keluarga yang menjalankan roda kehidupannya dengan benar, pasti akan harmonis, diberkati dan menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya. Masing-masing anggota keluarga,baik suami-istri, dan anak-anak bertanggung jawab menjalankan peranannya. Bukan karena takut kepada manusia tetapi “ takut kepada Tuhan”.

                KeduaPria yang mempraktekan  kehidupan yang penuh dengan kemurahan dan belas kasihan. “tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Mazmur 37:26). Jika keluarga kita tidak mempraktekkan kehidupan yang murah hati dan penuh dengan belas kasihan,jangan harap kita akan diberi kemurahan. “ Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7). “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:10). Orang yang kaya secara materi, belum tentu otomatis kaya dalam kemurahan. Tidak jarang kita melihat orang yang semakin kaya,semakin kikir dan tidak mau peduli dengan orang lain Kemurahan hati adalah buah Roh Kudus , “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, keba.ikan, kesetiaan,..” (Galatia 5:22). Jemaat Makedonia adalah teladan dalam kemurahan hati “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan” (2 Korintus 8:2). Kasih adalah dasar hubungan antara suami-istri “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25)

Oleh : Pdt. Paulus Timang, M.Th

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *