SURAT GEMBALA
Minggu, 28 FEBRUARI 2021
PENGORBANAN STEFANUS BAGI KRISTUS
KISAH PARA RASUL 7:54-60
Shalom, Tidak ada satupun pengkhotbah di dunia ini yang mengakhiri khotbahnya dengan mengalami Penyataan Allah – penglihatan langsung dari Allah. Hanya Stefanus yang diizinkan Tuhan mengalami hal agung tersebut dan mengakhiri dengan hal yang agung melalui kematian menjadi martir pertama. Stefanus juga Pengkhotbah yang mengalami respon negatif dari pendengarnya. Jadi mengalami kepenuhan Roh Kudus tidak menjamin para pendengar menerima Firman justru sebaliknya yang terjadi. Waktu kita meneliti dan melihat biography Stefanus ada beberapa hal yang menarik yang sangat melekat kuat pada pribadinya diantaranya adalah penuh iman dan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 6:5) Mengalami pengutusan doa dengan penumpangan tangan para rasul..(Kisah Para Rasul 6:6-7). Penuh dengan karunia dan kuasa (Kisah Para Rasul 6:8), penuh hikmat dan Roh yang mendorong berbicara (Kisah Para Rasul 6:10). Mukanya sama dengan muka malaikat (Kisah Para Rasul 6:15), berani dan memiliki pengetahuan Firman untuk bersaksi dan berapologetika (Kisah Para Rasul 7:1-53) dan penuh dengan Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah (Kisah Para Rasul 7:55). Selain itu Stefanus adalah pribadi yang berani berkorban bagi Kristus. Paling tidak ada 3 pengorbanan Stefanus bagi Kristus menurut Kisah Para Rasul 7:54-60;
Pertama, Pengorbanan Batin (54-57). dimarahi-kertakan gigi—intimidasi dari pendengar Firman 54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Kemudian mengalami penolakan—diteriakin, menutup telinga dan diserang. 57 maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Respon Stefanus; 54 tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 56 lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Ada dua respon Stefanus; 1). Memilih untuk terus dipenuhi Roh Kudus. Stefanus tidak membiarkan kedagingan menguasai hidupnya. Tidak hanya menyerahkan separuh atau sebagian kehidupan untuk dikuasai Roh Allah melainkan seutuhnya mengalami kepenuhan Roh Kudus. Mengalami dan menikmati hadirat Allah (Coram Deo) setiap waktu dan tidak dapat dipengaruhi oleh apapun. 2). Memandang kemuliaan Allah. Stefanus tidak memandang kepada diri sendiri yang akhirnya berdampak kepada menyalahkan diri dan mengasihani diri (Selfity). Tidak memandang kepada orang lain-minta belas kasihan atau membandingkan keadaan diri dengan orang lain. Memandang kepada kemuliaan Allah dan melihat anak manusia berdiri disebelah kanan Allah.
Kedua, Pengorbanan Fisik (58-59). Diseret sampai keluar kota 58a. Mereka menyeret dia ke luar kota, kemudian dirajam dengan batu. 58b. lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. Respon Stefanus menghadapi tantangan fisik; 59 sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Kesakitan akibat dirajam dengan batu tidak menghalangi Stefanus untuk berdoa. Doa yang disampaikan adalah doa penyerahan katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Artinya Stefanus sadar hidupnya akan berakhir, sudah waktu Stefanus untuk meninggalkan dunia ini dan menyerahkan rohnya kepada Tuhan yang menciptakannya.
Ketiga, Pengorbanan Nyawa (60). Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! ” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. Ada dua isi doa yang diungkapkan Stefanus waktu dirajam dan detik-detik terakhir sebelum kematianya. Pertama, agar Tuhan Yesus menerima Roh Stefanus. kedua, agar Tuhan Yesus mengampuni pribadi-pribadi yang membunuhnya. Dan dengan perkataan itu meninggallah ia (60b).
Selamat hari Minggu, Selamat beribadah, tuhan Yesus memberkati……!!
Oleh : Pdt. Paulus Timang, M.Th