SURAT GEMBALA
Minggu, 01 November 2020
KEMATIAN ADALAH SUATU YANG PASTI
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya
(MAZMUR 116:15)
Shalom..Jemaat yang dikasihi Tuhan, menurut kalender pelayanan tahun 2020 tema bulan ini ialah Manusia dan kematian (Maz 116:15), sedangkan tema minggu pertama ialah kematian adalah suatu yang pasti. Pada umumnya respon manusia di dunia menganggap kematian adalah sesuatu hal yang sangat menakutkan, bahkan ada di antaranya kaum/ etnik tertentu menganggap tabu dan tidak boleh diucapkan karna mengandung kesialan, bencana atau malapetaka. Bagaimanakah dengan orang yang menyebut diri Kristen adakah masih dipengaruhi tradisi atau paham yang mendunia tersebut ? Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS. Poerdarminta mendefenisikan, kematian (‘mati’) adalah tidak bernyawa lagi, tidak hidup lagi atau meninggal dunia. Sementara itu dari sudut pandang ilmu kedokteran, kematian dipandang sebagai pemberhentian kehidupan dalam organisme tumbuh-tumbuhan, binatang atau manusia.
Secara umum dalam Kitab Suci, kematian adalah peralihan status “hidup” kepada status “tidak hidup”, tidak dipandang sebagai pemisahan jiwa dari badan melainkan sebagai hilangnya vitalitas : hidup berhenti, tetapi bayang-bayang manusia masih hidup dalam Syeol (dunia bawah tanah). Orang-orang yang meninggal bukan lagi “jiwa yang hidup” sebagaimana statusnya sejak ia tercipta (1 Kor 15:45), sebab ia sudah ditinggalkan oleh Roh yang kembali kepada Allah, satu-satunya yang tidak pernah mati (Pkh 12:7; 1 Tim 6:16). Kehidupan dan kematian adalah dua realitas eksistensial yang harus dijalani oleh setiap orang (2 Sam 1: 23; Ams 18: 21). Kematian dirumuskan hakekatnya sebagai penarikan kembali nafas kehidupan atau Roh Allah dari dalam kehidupan manusia (Ayb 34: 14-15). Manusia dianggap sudah mati, ketika nafas kehidupan sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya (1 Raj 17: 17). Fakta tentang kematian ini secara lugas dan tegas dapat ditemukan dalam kitab Pengkhotbah yang mengatakan bahwa setiap makhluk sama dihadapan kematian (Pkh 2: 16). “Kematian tidak diciptakan oleh Allah dan tidak juga berasal dari kehendak Allah Pencipta yang baik”. Nabi Yehezkiel mengungkapkan bahwa Allah tidak berkenan pada kematian orang berdosa, melainkan supaya mereka bertobat dan hidup (Yeh 33:11). Yoh 3:16—Bapa tidak mau manusia binasa melainkan agar memperoleh hidup yang kekal. Mengapa kematian adalah suatu yang pasti ;
Pertama, Karna manusia berdosa dan upah dosa adalah maut. Dosa adalah suatu penghinaan terhadap Allah : “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat” (Mzm 51:6). Dosa memberontak terhadap kasih Allah kepada kita dan membalikkan hati kita dari Dia. Seperti dosa perdana, ia adalah satu ketidaktaatan, satu pemberontakkan terhadap Allah, oleh kehendak menjadi “seperti Allah”, dan olehnya mengetahui dan menentukan apa yang baik dan apa yang jahat (Kej 3: 5). Kematian tidak berasal dari Allah tetapi dari manusia itu sendiri. Karena dosa, manusia diperhadapkan dengan maut yang tidak terelakan. Manusia yang berdosa dikuasai oleh maut dan ia tidak dapat membangun relasi dengan Allah (bdk. Rm 5:12-14). Karena kematian adalah akibat dosa, maka kematian itu tidak netral dan bukan sesuatu yang baik bagi manusia. Sebab itu kematian membutuhkan penebusan. Tertulis: “Kita yang mengenal asal mula manusia, menjelaskan atas dasar kebenaran ini : maut secara alamiah bukan mengejar manusia, tetapi akibat suatu kesalahan, yang juga bukan sesuatu yang alami. Kematian menjadi indikasi keterbatasan manusia di hadapan Penciptannya. Karena dosa, manusia tidak dapat lagi menghayati hidup sebagai anugerah Allah yang harus dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab (bdk. 2 Kor 5: 15).
Kedua, Kematian manusia adalah partisipasi kematian Yesus. Dari perspektif iman kita percaya bahwa kematian kita terjadi dalam rahmat Kristus. Kematian orang beriman kristiani berarti keikutsertaan dalam kematian Kristus. Kita mati dalam Kristus. Kematian sebagai upah dosa diubah menjadi berkat, karena kita mati dalam Kristus. Rasul Paulus menegaskan hal ini kepada umat di Filipi : “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21). Di sini relasi antara kematian manusia dinyatakan. Kematian kita dilihat dalam cahaya keikutsertaan dalam peristiwa Yesus, kematian dan kebangkitan Nya. Mengambil bagian dalam kematian Kristus berarti kita juga mengambil bagian dalam kebangkitanNya. “Bersama Kristus kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaan kepada kerja kuasa Allah yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Kol 2: 12).
Oleh : Pdt. Paulus Timang, M.Th
Semua orang sepakat bshwa bayi yg brlum/sudah dilahirkan TIDAK memiliki dosa. Dia suci. Kalau bayi itu mati setelah dilahirkan atau mati di dalam kandungan, apakah dia juga mati karena ‘berdosa’?